Sabtu, 07 November 2015

makalah penghematan air dengan penerapan water detector

LAPORAN

“ PENGHEMATAN AIR DENGAN MENERAPKAN
WATER DETECTOR”



Oleh                                                                  
IRMAYULIANTI      
 RESA SAPUTRA                                  
HERIYADI                                             
IQBAL LATIF                                       
NURUL INSANI ZAENAL                 
AZIZAH FIRMAN                               
                       

PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2014


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yan berjudul “WATER DETECTOR”. Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertanian.
Dalam penyusunan laporan atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan Laporan ini, tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pertanian yang telah memberikan tugas, dan petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan tugas kami.
Dengan kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan Laporan ini, masih banyak memiliki kekurangan untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 06 Januari 2015

                                                                                                             Penulis





DAFTAR ISI
Sampul....................................................................................................i
Kata  pengantar.....................................................................................ii
Daftar isi ..............................................................................................iii
BAB I (PENDAHULUAN)..............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................2
1.5 Metode Penelitian............................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................4
BAB II (METODE PRAKTIKUM)......................................................5
2.1 Tempat/Waktu Pelaksanaan............................................................5
2.2 Alat dan Bahan................................................................................5
2.3 Cara Kerja.......................................................................................5
2.4 Prosedur kerja..................................................................................6
BAB III (PEMBAHASAN)..................................................................7
3.1 Pengenalan Water Detector.............................................................7
3.2 Pengolahaan Air Mitten..................................................................7
3.3 Water Detector sebagai Teknologi Penghematan Air ...................8
3.4 Hasil Pengujian Water Detector......................................................8
BAB IV (PENUTUP )...........................................................................9
4.1 Simpulan..........................................................................................9
4.2 Saran................................................................................................9
4.3 Daftar Pustaka...............................................................................10
4.4 Lampiran.......................................................................................11

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang masalah
            Di  Indonesia  laju  peningkatan  produktivitas  tanaman  padi  sawah  cenderung  melandai.  Sistem  intensifikasi padi sawah yang selama ini diterapkan  tidak  dapat  lagi  diharapkan  mampu  meningkatkan  produksi  dan  produktivitas.  Untuk  mempertahankan  produktivitas  tinggi diperlukan  input  yang  semakin  tinggi.   Hal  ini  kemungkinan  disebabkan  oleh  cara  pengelolaan  lahan  yang  kurang  terpadu  dan  melanggar kaedah pelestarian lahan dan lingkungan.  Eksploitasi  lahan  sawah  secara  intensif  dan  terus  menerus  telah  berlangsung  bertahun-tahun,  yang  mengakibatkan  penurunan kesuburan dan  sifat  fisik  tanah.  Terabaikannya  penggunaan  bahan  organik  dan  intensifnya  pemberian  pupuk  kimia  untuk  mengejar  hasil  tinggi  pada  lahan  sawah,  telah  menyebabkan  kandungan  bahan  organik  tanah  menurun  baik  jumlah  maupun  kualitasnya.  Kondisi  demikian  menurunkan kemampuan tanah dalam menyimpan  dan  melepaskan  hara  dan  air  bagi  tanaman,  sehingga  mengurangi  efisiensi  penggunaan pupuk dan air irigasi serta menurunkan produktivitas lahan.
Daerah wajo Bahkan pada  Daerah lainnya salah satu Masalah Budidaya Padi adalah penyebabnya semakin menurunnya ketersediaan air  yaitu tidak berfungsinya sistem irigasi dan meningkatnya kompetensi kebutuhan air.
Padi adalah tanaman unik karena mampu tumbuh didalam kondisi hidrologi, jenis tanah, iklim yang berbeda, dan satu-satunya tanaman serelia yang tumbuh di lahan basah. Ancaman serius yang dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya ketersediaan air. penyebab penurunan ketersediaan air bervariasi dan bersifat spesifik  namun , umunya terjadi penurunan kualitas dan sumber air, tidak berfungsi sistem irigasi dan meningkatkan kompetisi kebutuhan air  misalnya untuk perumahan dan industri. Hal tersebut menjadi ancaman  bagi ketersediaan pangan yang berkelanjutan, padahal prakek pengelolahan air lahan sawah ditingkat petani umumnya dilakukan penggenangan secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan pengolahan air  diantaranya menerapkan teknologi hemat air yaitu “water detector”. 
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat merumuskan sebagai berikut :
1.      Mengapa water detector bisa dijadikan sebagai penerapan teknologi  penghematan air ?
2.      Bagaimana water detector bisa diterapkan sebagai teknologi penghematan air  apabila pengelolahan air lahan sawah ditingkat petani jika  umumnya dilakukan penggenangan secara terus menerus ?





1.3Tujuan  Penulisan

1.      Untuk mengetahui water detector  sebagai penerapan teknologi penghematan air.
2.      Untuk mengetahui water detector  bisa diterapkan sebagai teknologi penghematan air  apabila pengelolahan air lahan sawah ditingkat petani jika umumnya dilakukan penggenangan secara terus menerus.

1.4  Manfaat Penulisan

1.      Dengan adanya water detector bisa membantu petani mendeteksi air  dalam  pengelolahan air lahan sawah.
2.      Dengan adanya water detector bisa m

1.5  Metode penelitian
Didalam  pembuatan laporan, kami menggunakan bahan pustaka sebagai  metode penelitian

1.6  Sistematika Penulisan
BAB(PENDAHULUAN)
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penelitian
1.6Sistematika Penulisan
BAB II (METODE PRAKTIKUM)
2.1 Tempat/WaktuPelaksanaan
2.2Alat dan Bahan
2.3Cara Kerja
2.4Prosedur kerja

BAB III (PEMBAHASAN)

 3.1 Pengenalan Water Detector
 3.2 Pengolahaan Air Mitten
 3.3 Water Detector sebagai Teknologi Penghematan Air
3.4Hasil Pengujian Water Detector

    
BAB IV (PENUTUP )
4.1 Simpulan
4.2Saran
     4.3 Daftar Pustaka
     4.4 Lampiran


BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1  Waktu dan Tempat
                                  Waktu hari Selasa pada tanggal 18 November 2014 bertempat Kampus UNM di Parangtambung Makassar

2.2           Alat dan Bahan
Alat
Ø  Obeng dan pisau
Ø  Bor
Ø  Isolasi
Ø  Sekrup
Ø  Bambu yang dibentuk
Ø  Stand  lampu
Ø  Penggaris

Bahan
Ø  Kaleng bekas biskuit
Ø   2 buah Lampu
Ø  Kabel
Ø  2 buah Baterai
Ø  Gabus
Ø  Pipa

2.3           Cara Pembuatan

1.      Sediakan alat dan bahan untuk membuat “water detector”
2.      Ukurlah kaleng bekas yang dengan mengunakan mistar sepanjang 20 . Pada tinggi pipa dipermukaan dasar  10 cm.
3.      Kemudian lubangi kaleng itu dengan bor yang panjang 20 cm yang berdiameter 0.5cm.
4.      Rangkaian  listrik pada kaleng biskuit tersebut pasang dengan memberikan papan sebagai penopang untuk mengetahui keadaan air
5.      Masuk gabus dalam kaleng tersebut untuk bisa mengontrol keadaan air Dan tancapkan bilah bambu kecil itu pada gabus lalu masukkan pipa yang telah diiris untuk memasukkan kabel sebagai penghubung dengan lampu dan baterai.
6.      Setelah itu rangkaian lampu dan baterai ditempatkan diatas.

Catatan :
Lampu  yang pertama itu berwarna merah

Lampu  yang kedua  itu berwarna hijau





2.4  Prosedur Kerja
1.      Dipasang sebelum/sesaat Setelah tanam
2.      Dipasang sedalam 20 cm
3.      Tinggi  pipa 10 cm di atas Permukaan tanah 
4.      Tanah dikeluarkan dari Dalam pipa
5.      Pengukuran dilakukan setiap 2 hari
6.      Pengukuran dimulai 7 – 10 HST
7.      Bila tinggi air dalam pipa
o   Kurang dari 5 cm Lampunya berwarna kuning ,  lahan
Sawah baru diari
o   Lebih dari 5 cm lampunya berwarna merah, lahan sawah baru diari
o   Setelah lampu kunin dan lampu merah tdk menyal



BAB III
PEMBAHASAN
2.1  Pengenalan Water  Detector

Water Detector adalah salah satu alat yang dirancang untuk mendeteksi jumlah air pada padi yang dapat menunjukkan bahwa jumlah air yang dialiri sudah stabil, atau kelebihan.Water Detector dengan menggunakan alat sederhana yang dapat memudahkan petani untuk mengetahui air yang dialiri sudah stabil. Water detector yang beradapsi dari (AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. 
2.2   Penerapan Water Detector yang Cocok digunakan Sistem Pemberian Air pada Tanaman Padi

Adapun  sistem pemberian air pada tanaman padi
o   Pemberian air secara terus-menurus ( Pola Petani)
o   Pemberian air secara berskala/jenuh ( Pola SRI)
o   Pemberian air berdasarkan pertumbuhan tanaman
o   Pemberian air secara berselang intermitten(PTT)
o   Pemberian air secara Sistem basah kering AWD dalam hal ini (Water Detector)

a.       Pemberian air secara terus-menurus ( Pola Petani)
Dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen.
b.      Pemberian air secara berskala/jenuh ( Pola SRI)
Pemberian air kelahan sawah dengan level tertentu kemudian pemberian air berikutnya dilakukan periode tertentu sehingga, sehingga areanl tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
c.       Pemberian air perdasarkan pertumbuhan tanaman 
d.      Pemberian air berselang intermitten
Pemberian air berselang (intermitten) mengatur kondisi sawah   dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantingan. Tujuan pemberian air beselang :
1.      Menghemat air rigasi sehingga areal yang dapat dialiri lebih luas
2.      Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara air yang lebih banyak.

Adapun Pengelolaan air intermitten
ü  Kondisi air macak-macak  saat tanam
ü   Air sawah sedalam 5 cm menjelang pupuk dasar   (7-1hst)
ü   Saat pemupukan air macak-macak
ü  Satu hari setelah pemupukan airi setinggi 5 cm,biarkan sampai mengering dengan sendirinya
ü  Setelah menujukkan gejala retak, air kembali setinggi 5 cm
ü  Ulangi hal diatas sampai tanaman masuk stadia  berbunga
ü   Mulai stadia berbunga  airi tanaman terus menerus setinggi 5 cm
ü  Keringkan sawah sekitar  2 minggu menjelang  panen

e.        Pemberian air secara Sistem basah kering AWD dalam hal ini (Water Detector)
Prinsip pengairan basah kering adalah memonitur kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa water detector. Setelah lahan sawah dialiri, kedalaman air akan menurun secara gradual.Ketika kedalaman air  mencapai 15 cm dibawah  permukaan tanah, lahan sawah kembali dialiri  Sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu  tanaman  padi berbunga,  tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari steress air yang berpotensi untuk menurunkan hasil. Batas kedalaman air  15 cm ini dikenal sebagai pengairan basah kering yang bermakna sebagai kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan pengairan basah kering dapat dilakukan kembali.apabila  terdapat gulma pada saat awal pertumbuhan, pengairan basah kering dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan.(Badan Litbang pertanian Sulawesi Barat)
Manfaat pengairan berselang dan metode basah kering
1.       Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi tanah basah kering
2.      Tanaman Padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran
3.      Menghambat perkembangan hama  dan penyakit
4.      Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannya lebih efisien
Pada dasarnya tanaman padi tidaklah memerlukan kondisi tergenang, bahkan penggenangan tidak baik pada tamanan padi dibandingkan dengan pemberian air secukupnya. Padi irigasi penggunaan air yang boros  yaitu menggunakan air 5000 Liter air yang untuk menghasilkan 1 kg padi.  Bila kondisi jenuh air bisa dipertahankan sepanjang pertumbuhannya, dapat menghemat air 40% air ditanah liat berlempung tanpa pengurangan. Penelitian menunjukkan  bahwa kondisi bahwa kondisi gulma merupakan masalah serius, penggenaan yagn kontinyu setelah itu dapat mengurangi penggunaan air sebanyak 30-30% dibanding dengan yang digenangi (Badan Litbang Pertanian Sulawesi Selatan)


Manfaat  Penerapan Water Detector
1.      Mengifisien penggunaan air
2.      Jumlah anakan meningkat
3.      Produksi meningkat dan luas tanam meningkat
Hasil Percobaan yang telah kami dilakukan dengan pengujian water detector menggunakan ember yang berisi air yang berlebihan dan kekurangan. Dan kami simpulkan :
1.      Jika airnya berkurang lampu water detector akan menyala berwarna merah
2.      Jika airnya dalam kondisi stabil lampu water detector akan menyala berwarna merah  dan hijau (kedua-duanya)
3.      Jika airnya kelebihan lampu water detector akan menyala berwarna  hijau




BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Water detector sebagai teknologi penghematan air yang memiliki fungsi mendeteksi air pada sawah,sehingga kita dapat mengetahui kadar air pada sawah. Dengan teknologi ini dapat membantu petani dalam mengelolah irigasi.  Dan Pemberian air secara Sistem basah kering cocok untuk penerapan water detector
3.2 Saran
Water detector memiliki fungsi yang sangat penting bagi petani.Untuk itu kami sebagai mahasiswa ingin mengembangkan lebih jauh tentang water detector,sehingga dapat di terapkan .Dengan adanya water detector  kami mengharapkan pemerintah untuk memperkenalkan water detector sebagai pendeteksi air.



DAFTAR PUSTAKA
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada                    Kondisi SRI(Systen of Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad Bandung
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Semarang : Set – BAKORLUH Jawa Tengah





Tidak ada komentar:

Posting Komentar