LAPORAN
“ PENGHEMATAN AIR DENGAN
MENERAPKAN
WATER DETECTOR”
Oleh
IRMAYULIANTI
RESA
SAPUTRA
HERIYADI
IQBAL
LATIF
NURUL
INSANI ZAENAL
AZIZAH FIRMAN
PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
TAHUN
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yan berjudul “WATER DETECTOR”. Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas mata
Kuliah Pengantar Teknologi Pertanian.
Dalam
penyusunan laporan atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan Laporan ini, tidak lain
berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi.
Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pengantar Teknologi
Pertanian yang telah memberikan tugas, dan petunjuk kepada kami sehingga kami
termotivasi dan dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi masukan dalam menyelesaikan
tugas kami.
Dengan
kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan Laporan ini, masih
banyak memiliki kekurangan untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Makassar, 06 Januari
2015
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul....................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................ii
Daftar isi
..............................................................................................iii
BAB I
(PENDAHULUAN)..............................................................................1
1.1 Latar
Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................2
1.4 Manfaat
Penulisan...........................................................................2
1.5 Metode Penelitian............................................................................3
1.6 Sistematika
Penulisan......................................................................4
BAB II (METODE
PRAKTIKUM)......................................................5
2.1 Tempat/Waktu
Pelaksanaan............................................................5
2.2 Alat dan
Bahan................................................................................5
2.3 Cara
Kerja.......................................................................................5
2.4 Prosedur
kerja..................................................................................6
BAB III
(PEMBAHASAN)..................................................................7
3.1 Pengenalan
Water Detector.............................................................7
3.2 Pengolahaan
Air Mitten..................................................................7
3.3 Water Detector sebagai Teknologi Penghematan Air
...................8
3.4 Hasil
Pengujian Water Detector......................................................8
BAB IV (PENUTUP
)...........................................................................9
4.1
Simpulan..........................................................................................9
4.2
Saran................................................................................................9
4.3 Daftar
Pustaka...............................................................................10
4.4
Lampiran.......................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Di Indonesia
laju peningkatan produktivitas
tanaman padi sawah
cenderung melandai. Sistem
intensifikasi padi sawah yang selama ini diterapkan tidak
dapat lagi diharapkan
mampu meningkatkan produksi
dan produktivitas. Untuk
mempertahankan produktivitas tinggi diperlukan input
yang semakin tinggi.
Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh cara
pengelolaan lahan yang
kurang terpadu dan
melanggar kaedah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi
lahan sawah secara
intensif dan terus
menerus telah berlangsung
bertahun-tahun, yang mengakibatkan
penurunan kesuburan dan
sifat fisik tanah.
Terabaikannya penggunaan bahan
organik dan intensifnya
pemberian pupuk kimia
untuk mengejar hasil
tinggi pada lahan
sawah, telah menyebabkan
kandungan bahan organik
tanah menurun baik
jumlah maupun kualitasnya.
Kondisi demikian menurunkan kemampuan tanah dalam
menyimpan dan melepaskan
hara dan air
bagi tanaman, sehingga
mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air irigasi serta
menurunkan produktivitas lahan.
Daerah
wajo Bahkan pada Daerah lainnya salah
satu Masalah Budidaya Padi adalah penyebabnya semakin menurunnya ketersediaan
air yaitu tidak berfungsinya sistem
irigasi dan meningkatnya kompetensi kebutuhan air.
Padi
adalah tanaman unik karena mampu tumbuh didalam kondisi hidrologi, jenis tanah,
iklim yang berbeda, dan satu-satunya tanaman serelia yang tumbuh di lahan
basah. Ancaman serius yang dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya
ketersediaan air. penyebab penurunan ketersediaan air bervariasi dan bersifat
spesifik namun , umunya terjadi
penurunan kualitas dan sumber air, tidak berfungsi sistem irigasi dan
meningkatkan kompetisi kebutuhan air
misalnya untuk perumahan dan industri. Hal tersebut menjadi ancaman bagi ketersediaan pangan yang berkelanjutan,
padahal prakek pengelolahan air lahan sawah ditingkat petani umumnya dilakukan
penggenangan secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan pengolahan
air diantaranya menerapkan teknologi
hemat air yaitu “water detector”.
1.2Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, kami dapat merumuskan sebagai berikut :
1.
Mengapa
water detector bisa dijadikan sebagai penerapan teknologi penghematan air ?
2.
Bagaimana water
detector bisa diterapkan sebagai teknologi penghematan air apabila pengelolahan air lahan sawah
ditingkat petani jika umumnya dilakukan
penggenangan secara terus menerus ?
1.3Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui water detector sebagai
penerapan teknologi penghematan air.
2.
Untuk
mengetahui water detector bisa diterapkan sebagai teknologi penghematan
air apabila pengelolahan air lahan sawah
ditingkat petani jika umumnya dilakukan penggenangan secara terus menerus.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Dengan
adanya water detector bisa membantu petani mendeteksi air dalam
pengelolahan air lahan sawah.
2.
Dengan
adanya water detector bisa m
1.5 Metode
penelitian
Didalam pembuatan laporan, kami menggunakan bahan
pustaka sebagai metode penelitian
1.6 Sistematika
Penulisan
BAB(PENDAHULUAN)
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penelitian
1.6Sistematika Penulisan
BAB
II (METODE PRAKTIKUM)
2.1 Tempat/WaktuPelaksanaan
2.2Alat dan Bahan
2.3Cara Kerja
2.4Prosedur kerja
BAB III
(PEMBAHASAN)
3.1
Pengenalan Water Detector
3.2
Pengolahaan Air Mitten
3.3 Water
Detector sebagai Teknologi Penghematan Air
3.4Hasil Pengujian Water Detector
BAB
IV (PENUTUP )
4.1 Simpulan
4.2Saran
4.3 Daftar Pustaka
4.4 Lampiran
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu hari
Selasa pada tanggal 18 November 2014 bertempat Kampus UNM di Parangtambung
Makassar
2.2
Alat dan Bahan
Alat
Ø Obeng
dan pisau
Ø Bor
Ø Isolasi
Ø Sekrup
Ø Bambu
yang dibentuk
Ø Stand lampu
Ø Penggaris
Bahan
Ø Kaleng
bekas biskuit
Ø 2 buah Lampu
Ø Kabel
Ø 2
buah Baterai
Ø Gabus
Ø Pipa
2.3
Cara Pembuatan
1. Sediakan
alat dan bahan untuk membuat “water detector”
2. Ukurlah
kaleng bekas yang dengan mengunakan mistar sepanjang 20 . Pada tinggi pipa
dipermukaan dasar 10 cm.
3. Kemudian lubangi kaleng
itu dengan bor yang panjang 20 cm yang berdiameter 0.5cm.
4. Rangkaian listrik pada kaleng biskuit tersebut pasang
dengan memberikan papan sebagai penopang untuk mengetahui keadaan air
5. Masuk gabus dalam kaleng
tersebut untuk bisa mengontrol keadaan air Dan tancapkan bilah bambu kecil itu
pada gabus lalu masukkan pipa yang telah diiris untuk memasukkan kabel sebagai
penghubung dengan lampu dan baterai.
6. Setelah itu rangkaian
lampu dan baterai ditempatkan diatas.
Catatan
:
Lampu yang pertama itu berwarna merah
Lampu yang kedua
itu berwarna hijau
2.4 Prosedur
Kerja
1.
Dipasang sebelum/sesaat
Setelah tanam
2.
Dipasang sedalam 20 cm
3.
Tinggi pipa 10 cm di atas Permukaan
tanah
4.
Tanah dikeluarkan dari Dalam pipa
5.
Pengukuran dilakukan setiap 2 hari
6.
Pengukuran dimulai 7 – 10 HST
7.
Bila tinggi air dalam pipa
o
Kurang dari 5 cm Lampunya
berwarna kuning , lahan
Sawah
baru diari
o
Lebih
dari 5 cm lampunya berwarna merah, lahan sawah baru diari
o
Setelah
lampu kunin dan lampu merah tdk menyal
BAB III
PEMBAHASAN
2.1
Pengenalan
Water Detector
Water
Detector adalah salah satu alat yang dirancang untuk mendeteksi jumlah air pada
padi yang dapat menunjukkan bahwa jumlah air yang dialiri sudah stabil, atau
kelebihan.Water Detector dengan menggunakan alat sederhana yang dapat
memudahkan petani untuk mengetahui air yang dialiri sudah stabil. Water
detector yang beradapsi dari (AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai
batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena
akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu,
pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila
terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3
minggu sampai gulma dapat ditekan.
2.2
Penerapan Water Detector yang Cocok digunakan
Sistem Pemberian Air pada Tanaman Padi
Adapun sistem pemberian air pada tanaman padi
o Pemberian
air secara terus-menurus ( Pola Petani)
o Pemberian
air secara berskala/jenuh ( Pola SRI)
o Pemberian
air berdasarkan pertumbuhan tanaman
o Pemberian
air secara berselang intermitten(PTT)
o Pemberian
air secara Sistem basah kering AWD dalam hal ini (Water Detector)
a.
Pemberian air secara terus-menurus ( Pola
Petani)
Dilakukan dengan memberikan air
kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga
beberapa hari menjelang panen.
b.
Pemberian
air secara berskala/jenuh ( Pola SRI)
Pemberian air kelahan sawah dengan
level tertentu kemudian pemberian air berikutnya dilakukan periode tertentu
sehingga, sehingga areanl tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga
periode irigasi berikutnya dilakukan.
c.
Pemberian
air perdasarkan pertumbuhan tanaman
d.
Pemberian
air berselang intermitten
Pemberian air berselang
(intermitten) mengatur kondisi sawah dalam
kondisi kering dan tergenang secara bergantingan. Tujuan pemberian air beselang
:
1. Menghemat
air rigasi sehingga areal yang dapat dialiri lebih luas
2. Memberi
kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang
lebih dalam. Akar yang dalam dapat menyerap unsur hara air yang lebih banyak.
Adapun
Pengelolaan air intermitten
ü Kondisi air macak-macak saat tanam
ü Air sawah
sedalam 5 cm menjelang pupuk dasar (7-1hst)
ü Saat pemupukan
air macak-macak
ü Satu hari setelah pemupukan airi setinggi 5 cm,biarkan
sampai mengering
dengan sendirinya
ü Setelah menujukkan gejala retak, air kembali setinggi
5 cm
ü Ulangi hal diatas sampai tanaman masuk stadia berbunga
ü Mulai stadia berbunga
airi tanaman terus menerus setinggi
5 cm
ü Keringkan sawah sekitar 2 minggu menjelang panen
e.
Pemberian air secara Sistem basah kering AWD
dalam hal ini (Water Detector)
Prinsip
pengairan basah kering adalah memonitur kedalaman air dengan menggunakan alat
bantu berupa water detector. Setelah lahan sawah dialiri, kedalaman air akan
menurun secara gradual.Ketika kedalaman air
mencapai 15 cm dibawah permukaan
tanah, lahan sawah kembali dialiri
Sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman
padi berbunga, tinggi genangan
air dipertahankan 5 cm untuk menghindari steress air yang berpotensi untuk
menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15
cm ini dikenal sebagai pengairan basah kering yang bermakna sebagai kedalaman
air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang
signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona
perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan pengairan basah
kering dapat dilakukan kembali.apabila
terdapat gulma pada saat awal pertumbuhan, pengairan basah kering dapat
ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan.(Badan Litbang pertanian
Sulawesi Barat)
Manfaat
pengairan berselang dan metode basah kering
1.
Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan
hara tinggi terjadi pada kondisi tanah basah kering
2.
Tanaman Padi lebih
tahan rebah karena sistem perakaran
3.
Menghambat perkembangan
hama dan penyakit
4.
Apabila dikombinasikan
dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual dan pemupukan, maka pupuk
dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannya lebih efisien
Pada
dasarnya tanaman padi tidaklah memerlukan kondisi tergenang, bahkan
penggenangan tidak baik pada tamanan padi dibandingkan dengan pemberian air
secukupnya. Padi irigasi penggunaan air yang boros yaitu menggunakan air 5000 Liter air yang
untuk menghasilkan 1 kg padi. Bila
kondisi jenuh air bisa dipertahankan sepanjang pertumbuhannya, dapat menghemat
air 40% air ditanah liat berlempung tanpa pengurangan. Penelitian
menunjukkan bahwa kondisi bahwa kondisi
gulma merupakan masalah serius, penggenaan yagn kontinyu setelah itu dapat
mengurangi penggunaan air sebanyak 30-30% dibanding dengan yang digenangi
(Badan Litbang Pertanian Sulawesi Selatan)
Manfaat Penerapan Water Detector
1. Mengifisien
penggunaan air
2. Jumlah
anakan meningkat
3. Produksi
meningkat dan luas tanam meningkat
Hasil
Percobaan yang telah kami dilakukan dengan pengujian water detector menggunakan
ember yang berisi air yang berlebihan dan kekurangan. Dan kami simpulkan :
1. Jika
airnya berkurang lampu water detector akan menyala berwarna merah
2. Jika
airnya dalam kondisi stabil lampu water detector akan menyala berwarna
merah dan hijau (kedua-duanya)
3. Jika
airnya kelebihan lampu water detector akan menyala berwarna hijau
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Water detector
sebagai teknologi penghematan air yang memiliki fungsi mendeteksi air pada
sawah,sehingga kita dapat mengetahui kadar air pada sawah. Dengan teknologi ini
dapat membantu petani dalam mengelolah irigasi.
Dan Pemberian air secara Sistem basah
kering cocok untuk penerapan water detector
3.2 Saran
Water detector
memiliki fungsi yang sangat penting bagi petani.Untuk itu kami sebagai
mahasiswa ingin mengembangkan lebih jauh tentang water detector,sehingga dapat
di terapkan .Dengan adanya water detector
kami mengharapkan pemerintah untuk memperkenalkan water detector sebagai
pendeteksi air.
DAFTAR PUSTAKA
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat
Kompetisi Gulma pada
Kondisi SRI(Systen of Rice Intencification). Tesis. Pascasarjana. Unpad
Bandung
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis PTT
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Semarang : Set – BAKORLUH Jawa
Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar